Langsung ke konten utama

Petatah - Petitih

Hasil gambar untuk sunan gunung jati

Nasehat Sunan Gunung Djati

Salah satu bukti keberhasilan dakwah SGD yang masih diajarkan oleh keturunannya melalui Sultan Kasepuhan dan kerabat keraton Cirebon adalah pengamalan petatah-petitih SGD, yakni ungkapan atau ucapan yang mengandung ajaran hidup berupa nasihat, pesan, anjuran, kritik, dan teguran yang disampaikan (atau diajarkan) dalam keluarga, kerabat, dan putra-putri SGD. Petatah-petitih SGD ini secara umum mengandung makna yang luas dan kompleks. Efendi (1994:14-34) mengungkapkan unsur-unsur dari petatah-petitih SGD, yakni petatah-petitih dalam nilai ketaqwaan dan keyakinan, kedisiplinan, kearifan dan kebijakan, kesopanan dan tatakrama, dan kehidupan sosial.
Petatah-Petitih yang berkaitan dengan ketaqwaan dan keyakinan adalah:
  • Ingsun titipna tajug lan fakir miskin (aku—SGD—titip tajug dan fakir miskin.
  • Yen sembahyang kungsi pucuke pnah (jika salat harus khusu dan tawadhu seperti anak panah yang menancap kuat).
  • Yen puasa den kungsi tetaling gundewa (jika puasa harus kuat seperti tali gondewa).
  • Ibadah kang tetap (ibadah itu harus terus menerus)
  • Manah den syukur ing Allah (hati harus bersyuklur kepada Allah)
  • Kudu ngahekaken pertobat (banyak-banyaklah bertobat).
Petatah-Petitih yang berkaitan dengan kedisiplinan
  • Aja nyindra janji mubarang (jangan mengingkari janji)
  • Pemboraban kang ora patut anulungi (yang salah tidak usah ditolong)
  • Aja ngaji kejayaan kang ala rautah (jangan belajar untuk kepentingan yang tidak benara atau disalahgunakan)
Petatah-Petitih yang berkaitan dengan kearifan dan kebijakan adalah:
  • Singkirna sifat kanden wanci (jauhi sifat yang tidak baik)
  • Duwehna sifat kang wanti (miliki sifat yang baik)
  • Amapesa ing bina batan (jangan serakah atau berangasan dalam hidup).
  • Angadahna ing perpadu (jauhi pertengkaran).
  • Aja ilok ngamad kang durung yakin (jangan suka mencela sesuatu yang belum terbukti kebenarannya).
  • Aja ilok gawe bobat (jangan suka berbohong).
  • Kenana ing hajate wong (kabulkan keinginan orang).
  • Aja dahar yen durung ngeli (jangan makan sebelum lapar)
  • Aja nginum yen durung ngelok (jangan minum sebelum haus).
  • Aja turu yen durung katekan arif (jangan tidur sebelum ngantuk).
  • Yen kaya den luhur (jika kaya harus dermawan).
  • Aja ilok ngijek rarohi ing wong (jangan suka menghina orang).
  • Den bisa megeng ing nafsu (harus dapat menahan hawa nafsu).
  • Angasana diri (harus mawas diri)
  • Tepo saliro den adol (tampilkan perilaku yang baik).
  • Ngoletena rejeki sing halal (carilah rejeki yang halal)
  • Aja akeh kang den pamrih (jangan banyak mengharap pamrih).
  • Den suka wenan lan suka memberih gelis lipur (jika bersedih jangan diperlihatkan agar cepat hilang).
  • Gegunem sifat kang pinuji (miliki sifat terpuji)
  • Aja ilok gawe lara ati ing wong (jangan suka menyakiti hati orang).
  • Ake lara ati, namung saking duriat (jika sering disakiti orang hadapilah dengan kecintaan tidak dengan aniaya).
  • Aja ngagungaken ing salira (jangan mengagungkan diri sendiri).
  • Aja ujub ria suma takabur (jangan sombong dan takabur).
  • Aja duwe ati ngunek (jangan dendam).
Petatah-Petitih yang berkaitan dengan kesopanan dan tatakrama:
  • Den hormat ing wong tua (harus hormat kepada orang tua).
  • Den hormat ing leluhur (harus hormat pada leluhur).
  • Hormaten, emanen, mulyaken ing pusaka (hormat, sayangi, dan mulyakan pusaka).
  • Den welas asih ing sapapada (hendaklah menyanyangi sesama manusia).
  • Mulyakeun ing tetamu (hormati tamu).
Petatah-Petitih yang berkaitan dengan kehidupan sosial;
  • Aja anglakoni lunga haji ing Makkah (jangan berangkat haji ke Mekkah, jika belum mampu secara ekonomis dan kesehatan).
  • Aja munggah gunung gede utawa manjing ing kawah (jangan mendaki gunung tinggi atau menyelam ke dalam kawah, jika tidak mempunyai persiapan atau keterampilan).
  • Aja ngimami atau khotbah ing masjid agung (jangan menjadi imam dan berkhotbah di Mesjid Agung, jika belum dewasa dan mempunyai ilmu keIslaman yang cukup).
  • Aja dagangan atawa warungan (jangan berdagang, jika hanya dijadikan tempat bergerombol orang)
  • Aja kunga layaran ing lautan (jangan berlayar ke lautan, jika tidak mempunyai persiapan yang matang).
Petetah petitih SGD di atas secara umum mengandung makna yang luas dan kompleks, sehingga dapat berguna, tidak saja untuk anak dan keturunannya, melainkan juga bagi masyarakat luas. Pada dasarnya ada enam makna yang terkandung dalam petatah-petitih SGD, yaitu:
Nasihat tentang perbuatan yang baik dan bijak yang pada akhirnya keturunan sultan dan masyarakat luas diharapkan menjadi manusia yang arif dan bijaksana dalam berhubungan dengan sesamanya serta sabar dan tawakal beribadat kepada Allah Swt.
Pesan yang secara implisit memberikan arah dan petunjuk bagi banyak orang agar tetap konsisten dalam menjalankan ajaran Islam. Sedangkan secara eksplisit menegaskan ketentuan-ketentuan yang harus dilaksanakan oleh anak dan keturunannya.
Baik secara halus maupun terus terang mengemukakan pendiriannya yang bertentangan dengan hati nurani, rakyat, anak, dan keturunanya. Hal ini mengandung makna teguran yang halus dan keras semata-mata ditujukan agar norma kehidupan tidak dilanggar.
Mengandung anjuran untuk mentaati aturan yang telah disepakati agar terus dijaga keabadiannya sampai generasi mendatang.
Agar para pengikutnya mengikuti petatah-petitih untuk tegaknya nilai-nilai Islam.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Arak arakan maulud nabi dan ngunjung buyut

Arak2n ngunjung buyut pekantingan

Pekantingan Guyub

SEJARAH DESA PEKANTINGAN

SEJARAH DESA PEKANTINGAN Menurut sesepuh desa Pekantingan, pendirian desa ini telah lama, yaitu didirikan semenjak Cakrabuan masih hidup, dengan demikian kalau memang informasi itu betul maka Pekantingan berdiri pada Abad ke 15 akhir.  BACA JUGA Bacaan Quran Langgam Jawa Sunan Kalijaga dan Batalnya Pangeran Makdum Menjadi Wali Riwayat Burung Kukilan dan Canang Ki Bicak Peninggalan Sunan Gunung Jati Dampu Awang Saudagar Cina Yang Kebelet Cinta Pada Nyi Junti Sejarah Desa Pekantingan Kec Klangenan Kab Cirebon Sejarah Asal-Usul Desa Winong Kec Gempol Kab Cirebon Sejarah Desa Jamblang Kec Jamblang Kab Cirebon Nama Pekantingan menurut sesepuh [1]  desa tersebut dipercayai diambil dari nama pendiri desa tersebut, konon namanya Ki Ageng Pekantingan. Tokoh ini digambarkan sebagai tokoh yang sakti mandraguna, beliau dikisahkan sebagai petarung yang tangguh, selain itu dikisahkan beliau juga pada mulanya seorang yang murtad dari Agama Islam hanya karena cintanya d...