SEJARAH DESA PEKANTINGAN
Menurut sesepuh desa Pekantingan, pendirian desa ini telah lama, yaitu didirikan semenjak Cakrabuan masih hidup, dengan demikian kalau memang informasi itu betul maka Pekantingan berdiri pada Abad ke 15 akhir.
BACA JUGA
- Bacaan Quran Langgam Jawa Sunan Kalijaga dan Batalnya Pangeran Makdum Menjadi Wali
- Riwayat Burung Kukilan dan Canang Ki Bicak Peninggalan Sunan Gunung Jati
- Dampu Awang Saudagar Cina Yang Kebelet Cinta Pada Nyi Junti
- Sejarah Desa Pekantingan Kec Klangenan Kab Cirebon
- Sejarah Asal-Usul Desa Winong Kec Gempol Kab Cirebon
- Sejarah Desa Jamblang Kec Jamblang Kab Cirebon
Nama Pekantingan menurut sesepuh[1] desa tersebut dipercayai diambil dari nama pendiri desa tersebut, konon namanya Ki Ageng Pekantingan. Tokoh ini digambarkan sebagai tokoh yang sakti mandraguna, beliau dikisahkan sebagai petarung yang tangguh, selain itu dikisahkan beliau juga pada mulanya seorang yang murtad dari Agama Islam hanya karena cintanya ditolak oleh Siti Quraysin, perempuan yang menolak cinta dari Ki Ageng Pekantingan itu adalah murid perempuan dari Gurunya sendiri.
Setelah sakit hati karena cintanya ditolak, ia kemudian memeluk agama Shangyang, ia berkelana dari tempat satu ketempat lain untuk berguru kepada orang-orang sakti, dan diantara gurunya itu adalah Nini Ranggis.
Setelah puas berguru, ia kembali ke Cirebon untuk menantang para Ki Gede di wilayah Cirebon, dan diantara yang ditantang itu adalah Ki Gede Arjawinangun (Buyut Bonkang), dan Ki Gede Sende (Buyut Sende). Kedua Ki Gede tersebut dikisahkan kemudian menjadi murid atau sekutunya.
Pada mulanya Ki Ageng Pekantingan belajar kesktian untuk menaklukan gurunya untuk kemudian menikahi Siti Quraysin, namun rupanya malang baginya, sebab Siti Quraysin ternyata sudah Pulang Ke Cirebon. Siti Quraysin ini dikisahkan sebagai kerabat dari Pangeran Cakrabuana.
Ki Ageng Pekantingan pun dikisahkan kecewa karena cintanya telah pergi. Pada saat-saat seperti itu, di Jemaras sedang diadakan sayambara merebutkan Nyimas Jemaras (Buyut Jemaras), dalam sayambara ini, ditawarkan bagi siapapun laki-laki yang sanggup menanam padi beberapa hektar banyaknya dengan cara berjalan maju sekaligus memikul air dipundaknya, ia berhak menikahi Nyimas Jemaras.
Dalam sayambara itu, Ki Ageng Pekantingan dikisahkan menjadi pemenangnya, iapun sebenarnya berhak menikahi Nyimas Jemaras, akan tetapi rupanya hatinya masih tetap tidak bisa melupakan Siti Quraysin. Ia pun justru lari meninggalkan gelanggang Syambara, tanpa mengambil Nyimas Jemaras sebagai istrinya.
Dalam pelariannya itu, ia kemudian memutuskan untuk mendatangi Keraton Pakungwati, tempat Siti Quraysin tinggal, Ia kemudian membuat huru-hara di Keraton dengan jalan gaib, bahkan ia dikisahkan mencuri benda-benda yang ada di Istana.
Mendapati hal janggal di Istana rupanya Pangeran Cakrabuana dapat mengetahui siapa dalang dibalik huru-hara dalam Istana, ia pun kemudian memaklumi kelakukan Ki Ageng Pekantingan yang dimabok cinta itu, beliaupun kemudian memerintahkan kerabatnya siti Quraysin untuk bersedia menikah dengan Ki Ageng Pekantingan, dan barulah setelah itu keduanya menikah, Ki Ageng Pekantingan pun kemudian dikisahkan kembali memeluk agama Islam. Bersama Istrinya kemudian Ki Ageng Pekantingan mendirikan desa yang kelak dinamai Pekantingan.
__
[1] Juru Kunci makam Buyut Pekantingan
Setelah sakit hati karena cintanya ditolak, ia kemudian memeluk agama Shangyang, ia berkelana dari tempat satu ketempat lain untuk berguru kepada orang-orang sakti, dan diantara gurunya itu adalah Nini Ranggis.
Setelah puas berguru, ia kembali ke Cirebon untuk menantang para Ki Gede di wilayah Cirebon, dan diantara yang ditantang itu adalah Ki Gede Arjawinangun (Buyut Bonkang), dan Ki Gede Sende (Buyut Sende). Kedua Ki Gede tersebut dikisahkan kemudian menjadi murid atau sekutunya.
Pada mulanya Ki Ageng Pekantingan belajar kesktian untuk menaklukan gurunya untuk kemudian menikahi Siti Quraysin, namun rupanya malang baginya, sebab Siti Quraysin ternyata sudah Pulang Ke Cirebon. Siti Quraysin ini dikisahkan sebagai kerabat dari Pangeran Cakrabuana.
Ki Ageng Pekantingan pun dikisahkan kecewa karena cintanya telah pergi. Pada saat-saat seperti itu, di Jemaras sedang diadakan sayambara merebutkan Nyimas Jemaras (Buyut Jemaras), dalam sayambara ini, ditawarkan bagi siapapun laki-laki yang sanggup menanam padi beberapa hektar banyaknya dengan cara berjalan maju sekaligus memikul air dipundaknya, ia berhak menikahi Nyimas Jemaras.
Dalam sayambara itu, Ki Ageng Pekantingan dikisahkan menjadi pemenangnya, iapun sebenarnya berhak menikahi Nyimas Jemaras, akan tetapi rupanya hatinya masih tetap tidak bisa melupakan Siti Quraysin. Ia pun justru lari meninggalkan gelanggang Syambara, tanpa mengambil Nyimas Jemaras sebagai istrinya.
Dalam pelariannya itu, ia kemudian memutuskan untuk mendatangi Keraton Pakungwati, tempat Siti Quraysin tinggal, Ia kemudian membuat huru-hara di Keraton dengan jalan gaib, bahkan ia dikisahkan mencuri benda-benda yang ada di Istana.
Mendapati hal janggal di Istana rupanya Pangeran Cakrabuana dapat mengetahui siapa dalang dibalik huru-hara dalam Istana, ia pun kemudian memaklumi kelakukan Ki Ageng Pekantingan yang dimabok cinta itu, beliaupun kemudian memerintahkan kerabatnya siti Quraysin untuk bersedia menikah dengan Ki Ageng Pekantingan, dan barulah setelah itu keduanya menikah, Ki Ageng Pekantingan pun kemudian dikisahkan kembali memeluk agama Islam. Bersama Istrinya kemudian Ki Ageng Pekantingan mendirikan desa yang kelak dinamai Pekantingan.
__
[1] Juru Kunci makam Buyut Pekantingan
Komentar
Posting Komentar